Medan | Halomedan.com
Di balik kelancaran roda pemerintahan dan dinamika legislatif Kota Medan, ada satu nama yang kerap luput dari sorotan publik namun memegang peranan penting:
Muhammad Ali Sipahutar, S.S.T.P., M.A.P. Pria kelahiran Medan, 17 Maret 1979 ini adalah sosok yang dikenal tenang, humanis, dan cekatan dalam menjalankan tugas sebagai Sekretaris DPRD Kota Medan sejak dilantik pada 21 Desember 2021.
Dalam sistem pemerintahan daerah, posisi Sekretaris DPRD (Sekwan) sering kali berada di balik layar, namun perannya krusial. Ia menjadi jembatan utama yang menghubungkan antara legislatif dan eksekutif. Dan dalam konteks Kota Medan, Bang Ali—sapaan akrabnya—berhasil menjalankan peran itu dengan sangat baik.
Mengelola Dinamika Politik dengan Kepekaan
Bekerja di tengah 50 anggota DPRD dengan latar belakang politik yang beragam bukan perkara mudah. Namun Ali mampu mengelola dinamika tersebut dengan penuh ketenangan. Ia tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga menjadi mediator dan fasilitator dalam membangun komunikasi yang efektif antar fraksi serta antara DPRD dengan pemerintah kota.
"Mengelola dinamika legislatif bukan perkara mudah. Kami selalu menjalin koordinasi erat dengan pimpinan sebelum mengambil langkah dalam program dan kebijakan. Eksekutif dan legislatif harus saling menguatkan, bukan saling menghambat," ujar Ali saat ditemui kru media Sumu24 Group di ruang kerjanya, Senin (2/6/2025).
Sikapnya yang terbuka terhadap dialog dan keterlibatan aktif dalam menyukseskan agenda-agenda DPRD menjadi modal utama dalam menciptakan suasana kerja yang kondusif. Tak heran, sejumlah anggota dewan menyebut Ali sebagai "penjaga irama" di tengah kerumitan tugas-tugas legislatif.
Dari Medan Denai ke Ruang Dewan
Sebelum dipercaya menduduki jabatan strategis sebagai Sekwan DPRD Medan, Ali Sipahutar meniti karier di pemerintahan dengan penuh dedikasi. Ia pernah menjabat sebagai Camat Medan Denai—wilayah padat penduduk yang dikenal penuh tantangan. Pengalaman ini menempanya menjadi birokrat lapangan yang paham dinamika sosial dan birokrasi dari level paling bawah.
Di masa itu, Bang Ali dikenal dekat dengan masyarakat, tokoh agama, pemuda, dan juga insan pers. Pendekatannya yang humanis dan tidak elitis menjadi kekuatannya dalam membangun kepercayaan publik. Ia juga piawai mengelola birokrasi agar tidak hanya berjalan administratif, tetapi juga mampu menyerap dan menyalurkan aspirasi warga secara efektif.
Kiprah Senyap, Dampak Nyata
Meski tidak pernah tampil menonjol di hadapan publik, kontribusi Ali dalam menjaga stabilitas politik di Kota Medan tidak bisa diabaikan. Selama ia menjabat, hubungan antara DPRD dan Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution berjalan harmonis. Banyak program strategis yang dapat direalisasikan tepat waktu karena koordinasi dua lembaga ini berjalan lancar.
"Saya percaya bahwa kerja nyata adalah bentuk komitmen terbaik terhadap jabatan yang diamanahkan. Tidak semua harus terlihat. Yang penting dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," ungkap Ali dengan nada rendah hati.
Filosofi inilah yang membuatnya dihormati banyak kalangan. Ia tidak mencari panggung, namun hasil kerjanya berbicara.
Menuju Tantangan Baru di Tingkat Provinsi
Kinerja apik Ali Sipahutar di Kota Medan rupanya tidak luput dari perhatian di tingkat provinsi. Kini, namanya santer disebut sebagai calon kuat Sekretaris DPRD Sumatera Utara (Sekwan DPRD Sumut). Beberapa sumber internal menyebutkan bahwa para pimpinan DPRD Sumut sudah memberikan lampu hijau atas pencalonannya.
Langkah ini dinilai strategis, terutama untuk mendukung keberhasilan pemerintahan Gubernur Sumatera Utara Bobby Afif Nasution dan Wakil Gubernur Surya. Keduanya tentu membutuhkan dukungan birokrasi yang solid dan sosok yang mampu menjembatani eksekutif dan legislatif secara efektif.
Penunjukan ini, jika benar terealisasi, bukan semata bentuk promosi karier, melainkan pengakuan atas konsistensi dan rekam jejak seorang birokrat yang sudah terbukti mumpuni dalam mengelola dinamika pemerintahan secara senyap namun berdampak nyata.
Figur yang Membumi
Ali Sipahutar adalah contoh nyata dari pejabat yang tidak silau dengan jabatan. Ia tetap bersahaja, membumi, dan menjaga hubungan baik dengan semua kalangan. Banyak jurnalis yang merasa mudah berkomunikasi dengannya karena keterbukaannya terhadap kritik dan saran. Ia juga kerap turun langsung mengawasi jalannya program dan mendengar langsung suara para staf di tingkat bawah.
Dalam suasana politik yang kerap penuh ketegangan dan ego sektoral, sosok seperti Bang Ali menjadi penyejuk yang mampu menenangkan suasana. Kehadirannya menjadi simbol bahwa birokrasi tidak harus kaku, dan komunikasi yang baik adalah fondasi utama dalam membangun tata kelola pemerintahan yang sehat.red
Penulis: Anto Genk – Jurnalis Senior, Medan