Jumat, 25 April 2025

Kebohongan Pintu Gerbang Kejahatan Kekuasaan

Administrator
Senin, 21 April 2025 20:47 WIB
Kebohongan Pintu Gerbang Kejahatan Kekuasaan
Istimewa

Oleh : H Syahrir Nasution


Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, harapan terbesar bangsa ini adalah terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat. Sebuah cita-cita luhur yang seharusnya menjadi kompas moral dan arah perjuangan setiap pemimpin bangsa. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Sejak awal, rakyat negeri ini tidak henti-hentinya menjadi korban dari kebohongan, pengkhianatan, dan kerakusan para penguasa yang bersekutu dengan kekuatan asing.

Alih-alih menghadirkan keadilan sosial sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, kekuasaan di negeri ini justru berjalan di atas ruh kebohongan. Amanat rakyat sering kali dibuang ke tempat sampah, keadilan menjadi slogan kosong, dan pembangunan hanya menjadi cerita fiktif yang dikalahkan oleh ambisi pribadi dan kepentingan kelompok. Lebih parah lagi, dalam satu dekade terakhir, wajah kekuasaan semakin menunjukkan watak zalimnya secara terang-terangan.

Salah satu pihak yang paling dirugikan adalah umat Islam. Kontribusi historisnya terhadap perjuangan kemerdekaan sengaja disembunyikan. Gerakan-gerakan Islam dicitrakan sebagai musuh negara. Seolah-olah nilai-nilai Islam tidak layak menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini merupakan bentuk pengingkaran sejarah yang sangat menyakitkan.

Padahal, tidak sedikit di antara umat Islam yang justru menjadi garda terdepan dalam menjaga moral bangsa. Namun suara mereka ditenggelamkan, perannya dihilangkan, dan bahkan dikriminalisasi. Semua ini terjadi karena adanya kekuatan besar—baik dari dalam negeri maupun asing—yang tidak rela melihat Indonesia tumbuh menjadi bangsa besar yang kuat, terutama jika kekuatan itu bersumber dari nilai-nilai Islam.

Mereka—para pemilik kuasa dan modal—bekerja sama dalam menjajah bangsa ini secara sistemik. Mereka menguasai sumber daya alam, merampas kedaulatan rakyat, dan mengaburkan nilai-nilai kebenaran. Dalam konteks inilah, Rasulullah bersabda:
"Afdholul Jihadi Kalimatu 'Adlin 'inda Sulthoni Jaairin"
(Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kalimat kebenaran di hadapan penguasa yang zalim).
(HR. At-Tirmidzi)

Kebohongan adalah akar dari segala kejahatan. Sekali pintu kebohongan dibuka, ia akan melahirkan kejahatan-kejahatan lain yang lebih besar. Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada seorang pemuda: "La takdzib"—Jangan berdusta! Karena dusta adalah pembuka pintu kerusakan moral dan kehancuran peradaban.

Faktanya, bangsa ini terus memelihara kebohongan. Indonesia, yang katanya gemah ripah loh jinawi, tanahnya subur dan kaya, namun rakyatnya masih jauh dari kemakmuran. Yang tumbuh justru kemiskinan struktural, krisis moral, dan ketergantungan pada asing.

Umat Islam—terutama para pejuang dan mujahidnya—tidak boleh tinggal diam. Amar makruf nahi mungkar harus terus dikobarkan. Kita tidak boleh menjadi "setan bisu", diam saat melihat kebatilan merajalela. Karena mereka yang diam pada kebenaran, kata pepatah ulama, adalah iblis yang tak bersuara.

Kini saatnya umat Islam bangkit, mengingatkan bangsa ini akan nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Karena hanya dengan kembali pada kebenaran, bangsa ini bisa terbebas dari jebakan kebohongan yang telah lama mencengkeramnya.

* Sutan Kumala Bulan
Managing Director PECI - Indonesia


Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Administrator
Sumber
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru