Madina – Tokoh masyarakat Batang Natal, H Syahrir Nasution, mengingatkan kembali kejayaan
Pulau Tamang dan Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, yang pada masa Orde Baru dikenal sebagai sentra cengkeh berkualitas tinggi."Dahulu masa Orde Baru,
Pulau Tamang ini bak Hongkong-nya Indonesia.
Pulau ini ditanami cengkeh Zanzibar. Saat panen raya, pemetik cengkeh bekerja hingga larut malam, dan para pedagang antar pulau berdatangan membeli cengkeh yang rata-rata berkelas kualitasnya," kata Syahrir di Natal, Sabtu (23/8).Menurutnya, pada masa itu bahkan ada keluarganya yang menjadi manajer koperasi pengumpul dan pembeli cengkeh untuk diekspor ke luar negeri. Namun kini, ia mengaku tidak mengetahui lagi bagaimana nasib petani cengkeh di daerah tersebut."Apakah masih dilanjutkan atau sudah punah, itu yang kita pertanyakan. Padahal, seandainya pertanian cengkeh terus digalakkan oleh Pemkab Madina, ditambah dengan potensi wisata bahari yang ada, rakyat sekitar bisa sejahtera dan PAD Madina tidak perlu selalu mengemis dana bagi hasil ke pusat," ujar Syahrir bergelar Sutan Kumala bulan itu.
Selain potensi cengkeh, Syahrir juga menyinggung kekayaan laut Natal yang menyimpan endapan pasir kuarsa sebagai bahan baku kaca. Ia menilai, apabila dikelola secara profesional,
Pulau Tamang dan perairan Natal dapat menjadi penyumbang besar bagi pendapatan daerah."Tidak berlebihan jika saya katakan
Pulau Tamang, Kecamatan Natal, dan Batahan merupakan serpihan-serpihan surga yang kurang diperhatikan Pemkab Madina," katanya menambahkan.Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa Kota Natal juga dikenal sebagai daerah yang melahirkan banyak tokoh pergerakan nasional, seperti Sutan Syahrir dan Sutan Takdir Alisjahbana."Ini menunjukkan bahwa Natal memiliki potensi besar, baik dari sisi sumber daya alam maupun sejarah pergerakan bangsa. Tinggal bagaimana pemerintah daerah serius mengelolanya," tutur Syahrir.rel
Baca Juga:
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di
Google News