Minggu, 10 Agustus 2025

POV Bicarakan Simulasi Perang Dunia Ketiga, Menyoroti Peran Masyarakat Pribumi dan Kedaulatan Pangan-Energi

Administrator
Minggu, 10 Agustus 2025 17:34 WIB
POV Bicarakan Simulasi Perang Dunia Ketiga, Menyoroti Peran Masyarakat Pribumi dan Kedaulatan Pangan-Energi
Istimewa
JAKARTA - Dalam rangka memperingati Hari Masyarakat Adat Internasional yang jatuh setiap tanggal 9 Agustus, Power of Voice (POV) Community bekerja sama dengan International Youth Training Centre (IYTC) Thailand dan Indigenous Movement for Climate Justice Southeast Asia (IMCS) menggelar talkshow internasional bertajuk "World War III Simulation: Food, Land, and the Right to Life".

Acara daring ini menjadi ruang dialog strategis yang mengangkat urgensi mempertahankan kedaulatan pangan dan tanah sebagai inti dari hak hidup masyarakat adat, petani, nelayan, perempuan, serta kelompok minoritas yang selama ini menghadapi tekanan berat akibat konflik sumber daya dan politik global.

Talkshow dibuka oleh Lucia Damanik, founder POV Community sekaligus moderator acara, yang menegaskan pentingnya memperkuat suara masyarakat adat dan kelompok marjinal di tengah krisis iklim, konflik geopolitik, dan ancaman ekstraktivisme yang semakin meluas.

"Hari Masyarakat Adat Internasional menjadi momentum untuk merefleksikan sekaligus memperkuat perjuangan hak-hak masyarakat adat yang terus digerogoti oleh kepentingan korporasi dan negara," ujar Lucia.

Keynote speaker Dr. Teguh Santosa memaparkan secara komprehensif bahwa konflik yang digambarkan sebagai "Perang Dunia Ketiga" saat ini tidak lagi sekadar soal senjata atau ideologi, melainkan berpusat pada perebutan pangan, tanah, dan sumber daya alam.

Ia menyoroti dampak historis dari kolonialisme yang memecah komunitas-komunitas asli melalui perbatasan buatan, sehingga konflik-konflik kontemporer adalah kelanjutan dari ketidakadilan struktural yang mendalam. Dr. Teguh juga menekankan perlunya diversifikasi pangan dan energi sebagai strategi kedaulatan nasional dan komunitas di tengah ketidakpastian geopolitik.

Diskusi panel menghadirkan narasumber dengan latar belakang dan keahlian yang kaya dari berbagai belahan dunia, memberikan perspektif multidimensi atas isu pangan, tanah, dan hak hidup masyarakat adat.

Giulia, perwakilan dari PAX Christi Internasional yang berbasis di Belgia, membawa sudut pandang kritis dari gerakan pemuda di Eropa dengan fokus pada perdamaian, keadilan sosial, dan penentangan terhadap militerisasi yang berdampak pada akses sumber daya alam dan hak-hak komunitas marginal.

Baca Juga:
Dalam pemaparannya, Giulia menekankan pentingnya solidaritas lintas benua serta integrasi nilai-nilai perdamaian dalam menghadapi ancaman "Perang Dunia Ketiga" yang sedang berlangsung melalui konflik sumber daya.

Tanah dan Budaya Terus Terancam

Beverly Longid, aktivis dari Indigenous Peoples Movement for Self-Determination and Liberation (IPMSDL) Filipina, memberikan suara kuat dari masyarakat adat Asia Tenggara, dengan penekanan pada perjuangan mempertahankan kedaulatan tanah dan budaya yang terus terancam oleh proyek ekstraktif dan kebijakan kolonial modern.

Beverly menggarisbawahi bahwa perjuangan masyarakat adat bukan hanya tentang mempertahankan ruang fisik, melainkan juga soal menjaga keberlangsungan identitas, kearifan lokal, dan hubungan harmonis dengan alam sebagai warisan leluhur.

Sementara itu, Rachelle Junsay dari Youth Advocates for Climate Action Philippines (YACAP) membagikan pengalaman dinamis mobilisasi kaum muda dalam mengadvokasi keadilan iklim dan kedaulatan pangan, khususnya di wilayah rentan yang menghadapi dampak ekstrim perubahan iklim dan konflik agraria. Rachelle menyoroti peran strategis generasi muda dalam membangun gerakan lintas sektoral yang inklusif dan kreatif untuk melawan ketimpangan sosial-ekologis yang diperparah oleh eksploitasi sumber daya.

Secara kolektif, para panelis menyepakati bahwa konflik sumber daya saat ini tidak hanya menimbulkan dampak fisik berupa perampasan tanah dan hilangnya akses pangan, tetapi juga merupakan serangan sistemik yang mengancam kelangsungan budaya, bahasa, dan kedaulatan digital masyarakat adat di era kecerdasan buatan.

Mereka menegaskan pentingnya pendekatan holistik yang menggabungkan pengakuan hak-hak masyarakat adat, perlindungan budaya, dan pemanfaatan teknologi secara beretika untuk memperkuat resistensi dan kedaulatan komunitas di seluruh dunia.

Sesi penutup disampaikan oleh Titi Ghale, Manager IYTC, yang menyampaikan refleksi mendalam tentang pentingnya solidaritas lintas generasi dan komunitas dalam menghadapi tantangan zaman modern. Ia menegaskan bahwa perjuangan masyarakat adat hari ini juga harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital tanpa kehilangan akar budaya dan nilai-nilai kearifan lokal.

Baca Juga:
Panggilan Kolektif

Talkshow ini tidak hanya menjadi forum diskusi, melainkan panggilan aksi kolektif. POV Community menegaskan komitmennya untuk menjadi platform yang menghubungkan berbagai komunitas terdampak, memfasilitasi kolaborasi strategis, dan mendorong gerakan yang pro-rakyat serta pro-planet.

Dalam konteks Hari Masyarakat Adat Internasional, acara ini mengingatkan dunia bahwa kedaulatan pangan dan tanah adalah hak fundamental yang harus dilindungi untuk keberlangsungan hidup generasi sekarang dan yang akan datang.

Melalui simulasi Perang Dunia Ketiga ini, POV Community dan semua mitra mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, untuk berani mengambil peran dalam melawan ketidakadilan, memperkuat solidaritas lintas batas, dan membangun masa depan yang adil dan berkelanjutan.

POV Community adalah sebuah platform daring di Indonesia berbasis di Medan yang bertujuan untuk mengangkat suara-suara masyarakat adat, mempromosikan keberlanjutan lingkungan, dan mengadvokasi kesehatan mental melalui diskusi yang bermakna dan aksi kolektif. Kami percaya bahwa suara lokal memiliki peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih adil, seimbang, dan berkelanjutan, baik secara ekologis maupun emosional. []

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Administrator
Sumber
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Datuk H. Said Al Idrus Resmi Jabat Presiden Pemuda Masjid Dunia 2025-2030, Dedi Dermawan : Harapan Baru Gerakan Pemuda Islam Global

Datuk H. Said Al Idrus Resmi Jabat Presiden Pemuda Masjid Dunia 2025-2030, Dedi Dermawan : Harapan Baru Gerakan Pemuda Islam Global

GREAT Institute Serukan Penerapan Prabowonomics Sebagai Strategi Bertahan Hidup di Era Perang Global

GREAT Institute Serukan Penerapan Prabowonomics Sebagai Strategi Bertahan Hidup di Era Perang Global

160 Kg Sabu dan Ribuan Pil Ekstasi Disita, Polda Sumut Tegaskan Perang Terhadap Narkoba

160 Kg Sabu dan Ribuan Pil Ekstasi Disita, Polda Sumut Tegaskan Perang Terhadap Narkoba

Oknum Wartawan Diduga Intimidasi Oknum Perangkat Desa Dengan Dugaan Anggaran Dana Desa Fiktif

Oknum Wartawan Diduga Intimidasi Oknum Perangkat Desa Dengan Dugaan Anggaran Dana Desa Fiktif

Perangi Narkoba, Pekan ini Polda Sumut Amankan 130 Pelaku dan Puluhan Kilogram Barang Bukti

Perangi Narkoba, Pekan ini Polda Sumut Amankan 130 Pelaku dan Puluhan Kilogram Barang Bukti

Perangi Narkoba, Pekan ini Polda Sumut Amankan 130 Pelaku dan Puluhan Kilogram Barang Bukti

Perangi Narkoba, Pekan ini Polda Sumut Amankan 130 Pelaku dan Puluhan Kilogram Barang Bukti

Komentar
Berita Terbaru