SERUAN KESEJUKAN ANTAR DUA PROVINSI: SAATNYA TOKOH-TOKOH SUMUT–ACEH DUDUK BERSAMA DEMI PERSATUAN
MEDAN – Situasi kebatinan masyarakat Sumatera Utara dan Aceh akhir-akhir ini terasa mengalami gejala "panas-dingin", terutama di tataran horizontal, baik di wilayah asal maupun di perantauan. Isu kebijakan Mendagri terkait
empat pulau di kawasan perbatasan yang diklaim masuk ke dalam wilayah administratif Sumut, telah memicu kegelisahan tersendiri. Jangan sampai kebijakan yang salah kaprah ini malah menjadi api dalam sekam bagi harmoni yang selama ini telah terjalin erat antar kedua masyarakat.
Atas dasar keprihatinan itulah, H. Syahrir Nasution, SE. MM., tokoh masyarakat Sumatera Utara sekaligus Wakil Ketua Himpunan Keluarga Besar Mandailing Sumut, menyerukan perlunya pertemuan tokoh-tokoh lintas elemen dari dua provinsi. Mulai dari tokoh adat, ulama, pemuka masyarakat, hingga intelektual sipil—baik dari Aceh maupun Sumut—untuk duduk bersama dalam satu forum silaturahmi. Ajakan ini bukan sekadar seremonial, melainkan ikhtiar untuk cooling down suasana serta memperkuat kembali jalinan kebangsaan yang selama ini sudah harmonis.
"Kita sebagai anak bangsa dari dua daerah yang penuh sejarah ini, harus mampu menahan diri dan tidak mudah terprovokasi. Mari kita duduk bersama. Paulak Tondi Tu Badan, dan dalam istilah Aceh, Paseujuk – menyejukkan jiwa. Hanya dengan hati yang bening dan tekad yang tulus, kita dapat merajut kembali simpul persaudaraan menuju kehidupan yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur," ujar H. Syahrir.
Ia juga mengingatkan agar tidak ada pihak luar yang mencoba mengadu domba, apalagi dengan menggiring opini yang mencoreng etnis tertentu seperti Mandailing atau marga Nasution. "Jangan sampai etnis kami digeneralisasi buruk oleh pihak luar. Seperti kata pepatah, rambut sama hitam, tapi shampoo kita bisa berbeda. Tapi bukan berarti kita tidak bisa bersatu dalam aroma yang harum dan kesegaran yang sama," tambahnya penuh makna.
Ajakan ini disampaikan sebagai bentuk cinta pada tanah air, dan komitmen menjaga warisan harmoni lintas etnis, agama, dan budaya yang telah lama tumbuh di kedua provinsi. Masyarakat Aceh dan Sumut, menurutnya, punya sejarah panjang dalam hidup berdampingan secara damai. Kini saatnya para pemimpin moral tampil menyatukan, bukan memecah.rel