Halomedan.com |
Mengapa Ijeck Layak Kembali Pimpin Partai Golkar Sumut?
Oleh: Leriadi, S.Sos
Anggota Balitbang DPP Partai Golkar / Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik UNAS Jakarta
Dalam peta perpolitikan Sumatera Utara, Musa Rajekshah—atau yang akrab disapa Ijeck—bukan nama baru. Ia telah melewati fase-fase penuh ujian dalam kepemimpinannya di DPD Partai Golkar Sumatera Utara periode 2020–2024. Yang menarik, ujian tersebut tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari internal partai. Namun sejarah mencatat, bukan tekanan yang melemahkan Ijeck, melainkan tantangan yang membentuknya menjadi pemimpin yang lebih kuat dan tangguh.
Pada awal kepemimpinannya, banyak yang meragukan kapasitas Ijeck. Ia dianggap terlalu muda, kurang pengalaman politik, bahkan sempat dipandang sebagai figur "titipan." Namun, semua keraguan itu dijawab dengan capaian konkret yang tak bisa disangkal. Di bawah kepemimpinan Ijeck, Golkar Sumut melonjak dari 15 kursi DPRD (2019) menjadi 22 kursi (2024). Ini bukan hanya sebuah peningkatan angka, melainkan lompatan elektoral signifikan yang menunjukkan kemampuan manajerial dan konsolidasi politik yang solid.
Lebih dari itu, Ijeck berhasil mematahkan dominasi PDI Perjuangan yang selama ini dikenal kuat di Sumut. Sebuah pencapaian yang dalam bahasa politik, bisa disebut sebagai "game-changer".
Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Tindakan Nyata
Salah satu kekuatan Ijeck adalah kepemimpinannya yang tidak semata-mata politis, tapi juga berakar pada nilai-nilai religius, sosial, dan kemanusiaan. Ia bukan hanya bekerja di ruang rapat atau panggung politik, tetapi juga menyentuh langsung denyut kehidupan masyarakat.
Mimpi almarhum ayahandanya membangun 99 masjid ia teruskan dengan konsisten—hingga kini 60 masjid telah berdiri, tidak hanya sebagai simbol ibadah, tapi juga ruang sosial dan pemberdayaan. Bahkan, dalam semangat toleransi, Ijeck turut membangun beberapa gereja. Di tengah situasi politik yang kadang sarat segregasi identitas, sikap ini mencerminkan kepemimpinan inklusif dan penuh welas asih—modal penting bagi siapa pun yang ingin membangun Sumatera Utara secara utuh.
Tetap Tunduk pada Komando, Meski Terluka
Tidak sedikit yang menyayangkan ketika DPP Partai Golkar tidak mengusung Ijeck sebagai calon gubernur dalam Pilgub Sumut 2024. Padahal, dari segi elektabilitas dan prestasi, Ijeck memiliki semua modal itu. Namun, yang lebih patut diapresiasi adalah sikap ksatria dan loyalitasnya terhadap keputusan DPP. Ia tak membuat kegaduhan. Ia memilih untuk patuh, meski jelas bahwa peluang besar telah dilewatkan.
Sikap ini memperlihatkan bahwa Ijeck bukan sekadar politisi yang haus kekuasaan, tetapi kader sejati Partai Golkar yang mengedepankan kepentingan partai di atas ego pribadi. Ini nilai langka di tengah iklim politik yang sering kali pragmatis dan penuh intrik.
Komitmen Menyongsong 2029
Pasca Munaslub Partai Golkar 2024, Ijeck bahkan dipercaya sebagai salah satu pimpinan sidang. Ia juga menjadi penggerak dukungan Sumut untuk Ketua Umum terpilih, Bahlil Lahadalia. Padahal, jika ia mau, peluang untuk mengisi jabatan strategis di tingkat pusat sangat terbuka. Namun Ijeck justru memilih tetap berkonsentrasi di Sumut, untuk mengawal target besar Pemilu 2029—mengukuhkan kemenangan Golkar di tingkat legislatif dan eksekutif daerah.
Langkah ini memperlihatkan bahwa Ijeck punya visi jangka panjang, bukan sekadar mengejar pencitraan sesaat. Ia membuktikan bahwa kemenangan bukan dicapai dengan retorika, melainkan konsistensi, kerja keras, dan kesetiaan pada perjuangan kolektif partai.
Golkar Butuh Pemimpin yang Berprestasi, Bukan Sekadar Populer
Menjelang pelaksanaan Musda DPD Partai Golkar Sumut, kita dihadapkan pada pilihan yang sangat mendasar: Apakah Partai Golkar akan mempertahankan tradisi meritokrasi—yakni menilai kader dari kinerjanya—atau kembali terjebak dalam kompromi politik yang tidak objektif?
Jika Golkar ingin tetap relevan dan menang di masa depan, maka pengambilan keputusan harus berbasis prestasi dan loyalitas. Dalam hal ini, rekam jejak Ijeck sudah sangat jelas. Ia bukan hanya membawa kemenangan, tetapi juga membangun wajah baru Golkar Sumut yang lebih humanis dan profesional.
Penutup: Suara Rakyat, Suara Golkar
Partai Golkar bukanlah partai biasa. Ia adalah partai besar yang telah melahirkan banyak pemimpin bangsa. Maka, kepemimpinan di setiap tingkatannya harus mencerminkan semangat keberlanjutan, prestasi, dan integritas.
Ijeck telah membuktikan dirinya. Ia layak untuk kembali memimpin Partai Golkar Sumut. Bukan karena popularitas, tapi karena kerja nyatanya yang berdampak dan keberaniannya dalam menghadapi tantangan.
Semoga Musda Golkar Sumut nanti menjadi ajang konsolidasi, bukan konflik; ajang pemilihan kader terbaik, bukan hasil dari lobi elit semata. Karena pada akhirnya, suara rakyat adalah suara Golkar.
Rel