Jumat, 07 November 2025

Perubahan Sejati Tidak Lahir dari Kekuasaan

Administrator
Senin, 27 Oktober 2025 09:15 WIB
Perubahan Sejati Tidak Lahir dari Kekuasaan
Istimewa

Oleh: H Syahrir Nasution

Perubahan sejati tidak lahir dari kekuasaan. Ia lahir dari kesadaran rakyat yang jujur melihat kenyataan. Karena sesungguhnya, kekuasaan sering kali hanya melahirkan kepatuhan — bukan kebenaran.

Dalam sejarah bangsa ini, hampir setiap rezim datang dengan jargon perubahan. Dari masa ke masa, rakyat dijanjikan kesejahteraan, keadilan, dan keberpihakan. Namun, setelah kekuasaan itu digenggam, yang berubah hanyalah wajah dan baju pelakunya, bukan nasib rakyatnya.

Baca Juga:
Kekuasaan di negeri ini terlalu sering dijadikan kendaraan untuk mempertahankan status quo, bukan menantangnya. Politik bergeser dari ruang pengabdian menjadi ruang transaksi. Mereka yang naik dengan jargon reformasi pun akhirnya tenggelam dalam kubangan kompromi.

Lihatlah hari ini — betapa kekuasaan semakin jauh dari denyut rakyat. Kritik dianggap ancaman, suara mahasiswa dibungkam dengan stigma, dan oposisi dipelihara hanya untuk formalitas demokrasi. Pemerintahan yang seharusnya menumbuhkan kesadaran, justru sibuk menata citra.

Padahal, kekuasaan tanpa kesadaran hanya melahirkan kepalsuan. Ia bisa membuat kebijakan populis, tetapi kehilangan moral politik. Ia bisa membangun jalan dan jembatan, tetapi tidak mampu membangun kejujuran.

Perubahan sejati tidak bisa dihasilkan oleh mereka yang mabuk kekuasaan. Ia hanya bisa lahir dari rakyat yang sadar bahwa nasibnya tidak boleh terus digantungkan pada penguasa. Dari kampus yang berani bersuara, dari media yang tak mau tunduk, dari masyarakat yang menolak dibodohi oleh pencitraan.

Kita tidak butuh penguasa yang pandai berjanji, tetapi pemimpin yang mau mendengar. Kita tidak butuh slogan "perubahan" di baliho, tetapi tindakan nyata di lapangan. Sebab perubahan sejati bukan datang dari atas ke bawah, melainkan dari bawah ke atas — dari hati rakyat yang sadar akan hak dan martabatnya.

Bangsa ini akan benar-benar berubah bukan ketika kekuasaan berganti, tetapi ketika kesadaran tumbuh. Dan hari itu akan datang, jika rakyat berhenti menunggu pemimpin, lalu mulai menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.rel

Baca Juga:
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Administrator
Sumber
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Paradox Kekayaan dan Kemiskinan

Paradox Kekayaan dan Kemiskinan

Premanisme dan Kekuasaan Negara: Perspektif Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU

Premanisme dan Kekuasaan Negara: Perspektif Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU

Koperasi: Gerakan Rakyat, Bukan Instruksi Kekuasaan

Koperasi: Gerakan Rakyat, Bukan Instruksi Kekuasaan

Korban Amputasi Kaki Laporkan RS Mitra Sejati ke Polda Sumut, Julita : Saya Tidak Bisa Lagi Bantu Suami Mencari Nafkah

Korban Amputasi Kaki Laporkan RS Mitra Sejati ke Polda Sumut, Julita : Saya Tidak Bisa Lagi Bantu Suami Mencari Nafkah

Komentar
Berita Terbaru