MEDAN — Koalisi Masyarakat Anti Korupsi (KAMAK) menggelar peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) dengan dialog interaktif melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa hukum, organisasi kemasyarakatan (ormas), aktivis pegiat anti
korupsi, praktisi hukum hingga jajaran pengurus KAMAK.
Kegiatan ini menjadi momentum konsolidasi gerakan rakyat dalam melawan praktik
korupsi yang dinilai masih masif dan sistemik, khususnya di Sumatera Utara.
Ketua Koordinator Nasional (Kornas) KAMAK, Azmi Hadly, menegaskan bahwa peringatan Hakordia bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan ruang refleksi sekaligus perlawanan terhadap lemahnya komitmen pemberantasan
korupsi.
> "Hakordia harus menjadi alarm bagi seluruh elemen bangsa. Korupsi hari ini bukan hanya soal kerugian negara, tapi sudah merusak moral, keadilan, dan masa depan generasi muda," tegas Azmi Hadly dalam sambutannya.
Menurut Azmi, keterlibatan mahasiswa hukum dan aktivis menjadi sangat penting karena merekalah calon garda terdepan dalam menjaga supremasi hukum dan nilai keadilan di masa depan.
> "Kami sengaja menghadirkan mahasiswa hukum, praktisi, dan pegiat anti
korupsi agar terjadi transfer kesadaran dan keberanian. Negara tidak boleh kalah oleh koruptor," ujarnya.
Baca Juga:
Azmi Hadly juga mengkritisi masih lemahnya penegakan hukum terhadap kasus-kasus
korupsi besar yang dinilai tidak menyentuh aktor utama.
> "Hukum jangan hanya tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas. KAMAK akan terus mengawal dan membongkar dugaan praktik
korupsi, baik di pusat maupun daerah," tambahnya.
Dalam kegiatan tersebut, peserta juga menyuarakan komitmen bersama untuk memperkuat kontrol publik, mendorong transparansi anggaran, serta mendesak aparat penegak hukum bertindak tegas tanpa tebang pilih.
Peringatan Hakordia versi KAMAK ini ditutup dengan seruan moral agar pemerintah dan lembaga penegak hukum mengembalikan kepercayaan publik melalui penindakan nyata terhadap pelaku
korupsi.rel
-
Baca Juga: