Jumat, 24 Oktober 2025

Fragilisasi Kepemimpinan di Sumut : Antara Degradasi Politik dan Krisis Kepercayaan Publik

Administrator
Selasa, 21 Oktober 2025 15:35 WIB
Fragilisasi Kepemimpinan di Sumut : Antara Degradasi Politik dan Krisis Kepercayaan Publik
Istimewa
Oleh: H. Syahrir Nasution

Isu krisis kepemimpinan di Sumatera Utara kian menyeruak ke permukaan. Pengamat sosial-politik Shohibul Anshor Siregar beberapa waktu lalu menyebut Gubernur Sumut Bobby Nasution sebagai "pemimpin terburuk dalam sejarah Pemprovsu". Komentar tersebut sontak memicu gelombang refleksi publik tentang arah dan kualitas kepemimpinan di daerah ini.

Menanggapi hal itu, tokoh Sumut H. Syahrir Nasution menilai bahwa apa yang dikemukakan Shohibul Anshor sesungguhnya mencerminkan fenomena yang lebih serius, yaitu fragilisasi kepemimpinan — rapuhnya sendi-sendi kepemimpinan di tingkat daerah.

> "Ini sudah masuk kategori rapuhnya kepemimpinan, yang merupakan tahap awal menuju ambruknya leadership dari seorang gubernur. Ketika kepercayaan publik runtuh, maka pemerintahan akan kehilangan legitimasi moral dan politik," ujar Syahrir Nasution di Medan, Senin (21/10).

Ia menegaskan, kepemimpinan bukan sekadar soal jabatan, melainkan kemampuan memotivasi dan menginspirasi bawahan. Menurutnya, gaya kepemimpinan yang menonjolkan tekanan dan intimidasi (threat leadership) hanya akan mempercepat proses degradasi politik pemerintahan.

> "Leadership itu bukan tentang bagaimana menakuti atau menekan bawahan, tapi bagaimana seorang pemimpin mampu membuat orang di bawahnya bekerja dengan motivasi, kenyamanan, dan rasa aman," tegas Syahrir.

Baca Juga:
Lebih jauh, ia menilai gaya kepemimpinan Gubernur Bobby yang dianggap penuh dengan show off tanpa hasil nyata justru menimbulkan degradasi total dalam tata kelola pemerintahan Sumut. Hal itu ditandai dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah dan kian pudarnya semangat kolektif dalam birokrasi.

> "Masyarakat Sumut kini sudah sangat paham dengan style of leadership yang dijalankan. Akibatnya, mereka mulai mengambil sikap dan menyiapkan langkah korektif secara sosial dan politik," tambahnya.

Syahrir menutup komentarnya dengan pesan bahwa kepemimpinan yang kuat harus tumbuh dari keteladanan, empati, dan integritas, bukan dari kekuasaan yang menakutkan.

> "Krisis kepemimpinan hanya bisa dipulihkan dengan kejujuran dan kemampuan memotivasi. Karena sejatinya, pemimpin adalah sumber energi moral bagi masyarakatnya.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Sumber
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Pelantikan Pejabat Sumut Diwarnai Isu 'Politik Balas Budi'

Pelantikan Pejabat Sumut Diwarnai Isu 'Politik Balas Budi'

Meritokrasi Terabaikan, Rotasi Jabatan di Pemprovsu Jadi Ladang Politik: Peringatan Keras untuk Gubsu Bobby!

Meritokrasi Terabaikan, Rotasi Jabatan di Pemprovsu Jadi Ladang Politik: Peringatan Keras untuk Gubsu Bobby!

Silaturahmi Ombudsman RI, Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik.

Silaturahmi Ombudsman RI, Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik.

Polda Sumut Gelar Dialog Publik, H Sobirin Harahap Ajak Generasi Muda Merajut Kebhinekaan Menuju Indonesia Emas

Polda Sumut Gelar Dialog Publik, H Sobirin Harahap Ajak Generasi Muda Merajut Kebhinekaan Menuju Indonesia Emas

Dialog Publik LIPPSU 2025: Azhari Sinik Tekankan Pentingnya Penguatan Pemahaman Kebangsaan di Kalangan Pemuda

Dialog Publik LIPPSU 2025: Azhari Sinik Tekankan Pentingnya Penguatan Pemahaman Kebangsaan di Kalangan Pemuda

Ketua Umum DPP JMSI Buka Diskusi Publik, Teguh Santosa: Pilkada Serentak 2024 Harus Diawasi

Ketua Umum DPP JMSI Buka Diskusi Publik, Teguh Santosa: Pilkada Serentak 2024 Harus Diawasi

Komentar
Berita Terbaru