Oleh: H Syahrir NasutionDi negeri ini muncul istilah baru: "Pem
bohong Nasional." Entah siapa yang pertama kali menciptakan istilah ini, namun seolah menjadi cermin bagi kondisi moral bangsa hari ini. Ke
bohongan bukan lagi dianggap aib, melainkan telah menjadi bagian dari strategi dan bahkan kebiasaan dalam kehidupan sosial, politik, dan kekuasaan.Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada seorang pemuda, "La Takdzib" — jangan berdusta. Satu pesan singkat, namun memiliki makna yang sangat dalam. Sebab, ke
bohongan adalah pintu pertama dari segala kejahatan. Ketika seseorang berani ber
bohong, maka ia sedang membuka jalan bagi dosa-dosa berikutnya: pengkhianatan, penipuan, korupsi, dan segala bentuk kemungkaran lainnya.Pepatah mengatakan, "Satu ke
bohongan yang terpelihara akan melahirkan ke
bohongan baru." Begitulah rantai ke
bohongan bekerja. Ia tumbuh, beranak-pinak, dan pada akhirnya menciptakan sistem yang terbiasa hidup di dalam dusta. Kita pun menjadi bangsa yang terbiasa menutup mata terhadap kebenaran dan memaafkan ke
bohongan, terutama jika pelakunya memiliki kekuasaan.
Indonesia sering disebut sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi — tanahnya subur dan sumber daya alamnya melimpah. Namun di balik itu, rakyatnya masih jauh dari sejahtera. Salah satu penyebabnya adalah karena ke
bohongan terus dipelihara. Rakyat terus dijejali janji manis tanpa realisasi, dan setiap pemimpin datang dengan harapan baru yang seringkali berujung pada kekecewaan lama.Lebih menyedihkan lagi, bangsa ini tampak memiliki "hikayat tentang rakyat yang senang ditipu." Kita mudah melupakan penipuan masa lalu, terutama bila pelakunya memiliki kekuasaan atau popularitas. Mereka yang menipu bangsanya seolah mendapat balas jasa, bukan hukuman. Dan bahkan hingga akhir hayatnya, mereka tidak pernah menyesali ke
bohongan yang telah dilakukan berulang kali.Ke
bohongan bukan sekadar masalah moral pribadi, tapi sudah menjadi penyakit sosial. Ia merusak kepercayaan, menghancurkan tatanan nilai, dan menjauhkan bangsa ini dari keadilan serta kebenaran. Bila kita terus membiarkan ke
bohongan hidup di sekitar kita, maka sesungguhnya kita sedang menggali kubur bagi moralitas bangsa sendiri.Sudah saatnya kita kembali kepada pesan Nabi: "La Takdzib." Jangan berdusta — sekecil apa pun. Sebab dari kejujuranlah lahir keadilan, dan dari keadilanlah tumbuh kesejahteraan yang hakiki.
Baca Juga: